"Pengemis Legendaris"
Label:
Bukittinggi /
Human Interest /
Puisi
Karena tak ingin membenci....
akhirnya,...selalu saja...setiap bertemu di jantung kota Bukittinggi
lelaki yang satu ini, selalu saja bikin aku tertawa geli dalam hati...
Dan... pada suatu siang ...
dibawah terik matahari yang benderang...
.. tak jauh dari pelataran Jam Gadang,
Lelaki berkulit legam itu kutemukan lagi...
Wajahnya kusam...
Gelagatnya tak karuan...
Satu yang membuat romannya berkesan:...(maaf) di bibirnya ada cacat ringan…
Dalam hati kubergumam..."nah, ini dia.."
Perlahan….
dari beranda Pasar Atas yang ketinggian
seketika kubidikkan lensa kamera murahanku ,agar suasana terekam..
Jelas sekali kulihat, dalam zoom maksimal, lelaki legam itu dengan sebuah handphone tergenggam di tangan kanan...
“Halloo…hallooo…”,sepertinya dia tengah berbincang dengan seorang kenalan...
Sejenak kuterpana…
Lelaki kusam dengan handphone di tangan tampak membaur di keramaian.
Hilir mudik sepeda motor yg bersileweran diaturnya dengan sebelah tangan,
“priiit…priiiittt…..”,sebuah pluit dari kantong celana ditiupnya tanpa baju seragam…
lalu satu dua lembar uang ribuan dia dapatkan.
Sebentar lengang…
lalu jemari tangan lelaki itu asyik memantik mancis, lantas memelintir sebatang kretek dan asapnya mengepul menutupi romannya yg kusam….
lelaki itu kemudian bersenda gurau dengan beberapa sosok preman di pojok pelataran parkir yg berantakan.
Maka untuk sementara, dimataku, profesi lelaki kusam dengan handphone di tangan itu adalah; seorang tukang parkir kendaraan....
Tak lebih dari itu.
Ya, cuma tukang parkir.
Tapi…aah..
Aku tak percaya…
Tiba-tiba...
Lelaki yg tadi meniup pluit…..
yg tadi menggenggam handphone di tangan..…
yang tadi menyulut sebatang kretek batangan….
kini perlahan membuka baju kaos warna hijau tua yg dari tadi dikenakan....
Setelah menggantung bajunya di pelana honda, lalu lelaki itu pelan-pelan seakan tanpa dosa, membaringkan badannya yg kurus legam itu di tengah sileweran orang-orang yang berbelanja…..
Oh, rupanya ada seorang ibu yg dari tadi menunggunya,
lengkap dengan accessories pengemis sejati….
bertampang kuyu..
bermata sayu…
berjilbab merah jambu….
tapi payung warna biru itu kulihat jauh lebih bagus dari payung punya istriku…
Kini lelaki legam dengan cacat ringan di atas bibir itu…
yang tadi berhandphone….
yg tadi jadi tukang parkir…
tiba tiba sudah membaring telentang menatap langit langit kota….
lelaki itu memejam-mejamkan mata…..
mengekspresikan kepiluan…
memamerkan susunan tulang tulang rusuknya yg bertonjolan…..
tak lupa stelan celana blue jeans, ia tutupi dengan sarung yang dibentangkan panjang. Sementara si ibu kuyu itupun sesekali menadahkan ember mungil berwarna hijau, menampung sekeping dua recehan yg dijatuhkan dari tangan orang-orang yg berbelas kasih dan tak pernah sadar kalau sesungguhnya mereka tengah tertipu oleh adegan kepura-puraan….
Gila..!
Inikah kreatifitas dari seorang pengemis?
KOMENTAR-KOMENTAR SAHABAT...
Eva Yanti Ya betul Da.....saya setiap hari melihat pemandangan itu di Bukittinggi, dulu terbersit rasa kasihan ..tapi sekarang gak lagi setelah menyaksikan kebohongan yang mereka lakukan selama belasan tahun, mulai dari si anak dulu masih kecil sampai sekarang.
Saya dan suami tak jarang menyaksikan si oknum ini meminjam VCD film di Ezzy dan yang lebih mengejutkan lagi, sang Ibu tak jarang berbelanja makanan di KFC yang berada di depan Jam Gadang...
Perih..memang itu yang saya rasakan dengan kebohongan Ini...Setiap saya lewat di depan mereka, hati saya sakit..bukan benci atau kasihan....tapi untuk apa mereka lakukan kebohongan ini.....
Bibir sumbing yang mereka jadikan senjata untuk mencari uang selama belasan tahun, padahal sang Ibu dan anak itu masih kuat dan tak ada cacat lain pada tubuhnya....Tubuhnya tegap..dan tinggi tinggi.....
Tapi itulah..mental seseorang yang lebih suka menjual kekurang untuk mendapatkan uang
26 Januari 2009 pukul 11:49 ·
Vien's Tasman Saya jg prihatin dg peristiwa ini, sungguh menyayat hati memang. Sebagai orang minang seharusnya tabu, tp apa daya pola pikir yg cetek. Semoga mereka cepat menyadarinya.
26 Januari 2009 pukul 12:57 ·
Vien's Tasman Saya jg prihatin dg peristiwa ini, sungguh menyayat hati memang. Sebagai orang minang seharusnya tabu, tp apa daya pola pikir yg cetek. Semoga mereka cepat menyadarinya.
26 Januari 2009 pukul 12:58 ·
Merino Geni Ya allah... Erizon sempat memperhatikan gelagat uarang ko, iyo ndak manyangko Geni doh... maaf iko pengemis langganan Geni, yg taruih Geni agiah pitih tiok Geni jalan di muko Jam Gadang
26 Januari 2009 pukul 14:18 ·
Nh PutRi CullenHahahahaha..ini dia mereka..sepasang pengemis yg maaf saja..paling bikin saya jijik!!! Bukan saya tidak punya belas kasihan atau apa.. tapi mereka memang tidak pantas dikasihani.. Penipu!!!
Saya mengetahui penipuan mereka sudah lama, kalau tidak salah mungkin sudah hampir 10 tahun lalu, ketika saya dan si bujang itu masih sama2 bocah ingusan..
Waktu itu saya dan keluarga lagi jalan di pendakian, dekat patung bung hatta sekarang. Saya melihat anak itu tengah 'diburu' ibunya sambil mengacung-ngacungkan ranting pohon. Si anak lari memanjat bukit kecil itu. Si ibu komat-kamit, menyumpah-nyumpah. Saya tak ingat kalimat persisnya, tapi intinya si ibu akan mengusir anak itu dari rumah bila ia tak mau mengemis. Ha!!
26 Januari 2009 pukul 15:53 ·
Nh PutRi CullenKesimpulan saya waktu itu, mungkin si anak ni sudah malu meminta-minta seperti itu, mungkin malu dengan teman2nya, sementara kondisinya kuat dan hanya sumbing bibirnya. Bukan lumpuh, kena lepra, atau anak2 hydrosephalus seperti profil pengemis lainnya yg sering ditemukan di pusat kota Bukittinggi.
Sekarang, lebih 10 tahun kemudian.. Profesi mereka belum berubah. Mungkin si anak yg sekarang sudah bujang juga sudah punya 'kepandaian' baru jadi tukang parkir. Tapi tetap saja, mereka jadi pengemis paling legendaris di Bukittinggi menurut saya.. Urat malu si bujang juga sudah hilang seiring waktu. Apalagi ibunya.. yang tidak kurang suatu apapun. Ah..naudzubillah min zalik!!
26 Januari 2009 pukul 16:00 ·
Erison J Kambari ha ha ha....tak kukira..ternyata pengemis 'aktor' di tengah kota bukittinggi ini begitu populernya.....dari dia kecil sampai kini lah bujang gadang..entah telah berapa episode kebohongan yg dilakonkannya...dan entah berapa ratus..mungkin ribuan orang tlah dibohonginya.....
Meski saya baru pulang dari tanah rantau, dan menemukan lelaki itu baru sekali saja...namun saya tak kan pernah mau tertipu olehnya.....
26 Januari 2009 pukul 16:16 ·
Ade Rahadian Nak urang koto ilalang
Nak lalu ka pakan baso
Malu jo sopan kok lah ilang
Habihlah raso jo pareso.....
pantang nenek moyang bana ....
26 Januari 2009 pukul 16:17 ·
Jefry Marla TAK USAH TERKEJUT..!!!
ga usah marah..., mereka itu hanya pembohong kelas (maaf) comberan)...
di nagari ini kan bukan cuma mereka yang tukang tipu...iya kan..
mulai dari orang sekelas mereka itu, calo-calo baik di pasar atau terminal, sampai kepada birokrat yang minta ini - minta itu kalau mau urusan cepat selesai...
kawan..apa bedanya? ga ada bedanya...semuanya PENIPU...
bahkan bisa jd diantara kita yg jd komentator ini jd melakukan praktek yang sama denga versi yang berbeda...
Inilah potret bangsa yang sakit...
26 Januari 2009 pukul 17:59 ·
Chandra Satrya Maaf, ambo sato ciek ...
Dalam satu kata bisa disimpulkan itu adalah "Hipokrisi", dalam bhs agama "Munafik", "tidak sejalan antara nilai dalam dada dengan sikap dan perbuatan". Hal itu sudah menjadi budaya masyarakat kita. Mulai dari kalangan bawah sampai atas.
Malu jo sopan kok lah ilang
Habihlah raso jo pareso.....
Kita perlu introspeksi, karena ini bukan gejala segelintir orang, ini adalah masalah "pergeseran nilai2 budaya masyarakat", karena emang mungkin jadi kita bagian dari itu, yang berbeda adalah bentuk, polanya saja. Orang pintar mungkin caranya lebih halus, sehingga luput dari pandangan umum.
Bila kita membenci pengemis spt ini, lalu koruptor yang mengambil uang banyak orang harusnya kita benci spt apa ???
26 Januari 2009 pukul 19:24 ·
Ariyani Aziz astagfirullah all a'zim.
kemana dinas sosialnya?
Biasanya kan di taruh di rmh singgah?
Angkat aja critanya ke media,..spy g' bnyk yg tertipu.
Jgn mau di tipu sm org beginian.Maluuu dunk..hehe..
26 Januari 2009 pukul 19:31 ·
tukang parkir di pasar atas depan jam gadang,,,,saat parkiran ramai dan kami ikut untuk "manyalingkik" di sana, tiba-tiba seorang tukang parkir yang bibir atas nya cacat bilang "tingga an kunci oto di siko kok indak pai se lah kabawah" dan sempat terjadi argumen ketika kakak ku menawarkan, "kalau di perai an sajo gigi oto ko ba'a da...." lalu dengan arogan sekali si bibir cacat ini bicara dengan nada suara keras "kok indak amuah tingga an kunci pai se lah parkir ka bawah yang jauah tu ha...." sehingga kakak ku yang tadi nya terharu dengan si bibir cacat, akhirnya kehilangan rasa iba, ketika di hardik si bibir cacat ini.....
dan ketika aku membaca tulisan di atas..... "batambah banci mancaliak urang yang ndak punyo raso malu"...., si bibia cacat yang memanfaatkan kekurangan nyo agar urang yang mancaliak terharu dan ibo.....
26 Januari 2009 pukul 19:42 ·
Evi Indrawanto Arenga Sudah berbilang tahun sampai sepuluh mereka disana dan sudah banyak pula yg mengetahui kebohongan tsb, tidak ada seseorang terpanggil untuk menghentikannya? Aduuh!
26 Januari 2009 pukul 21:11 ·
Vien's Tasman Masya Allah.... yo bana tragis yo...awak alah lamo ndak pulang kampuang, yo sadiah yo, kota bukittinggi yang terkenal dengan ke indahan kemandangan alam dan kebersihannya, adat istiadat yg mendarah daging, orang orangnya yang beriman, tetapi memelihara pembohong masyarakat selama bertahun tahun.. tapi ndak ado tindakan apo apo dari aparatnyo..so pasti itu ado yang mengkomandokan shg si pengemis aman dan berani bahkan bagaikan penguaso di area tu... semoga ada yang berani mengambil sikap akan situasi ini.
27 Januari 2009 pukul 11:29 ·
Syukri Muhammad hmmm... saya dah sering liat nih orang....
temen saya juga liat katanya tuh orang juga ngak mau kayak gituan...
cuman 'emak' nya maksa... gimana dong????? malawan amak dak mungkin khan????
5 Februari 2009 pukul 16:40 ·
Abàdì Erlànggà ooo tau wak si sumbiang tu mah,, banyak pitih nyo tuh,, hahaha
1 Juni 2009 pukul 0:33 ·
Muzammil Subarman wah ini dia..aktor di nagari bukittinggi...
tapi aktingnya telah terbaca oleh masyarakat lainnya...
"alun takilek lah takalam baa kecek urang awak..."
1 Juni 2009 pukul 0:56 ·
wahh.. bahasanya puitis sekali...
tp btw baju hijau dari seorang pengemis yg mengaku sebagai tukang parkir tadi kog ga ada??
hmm.. ado2 sajo pengemis jaman kini? klo jama rasulullah tu baa caritonyo tu da?? ..
truss dengan iklan capres, ap hubungannya? kog saya tidak tahu yaa..
1 Juni 2009 pukul 1:03 ·
Ricko Bahemar Hahahha.. Betul da DODI namonyo tu....? alah acap awak kecat kan tapi inyo ndak namuah juo. katonyo di paso dek amaknyo. hehehehhee
1 Juni 2009 pukul 1:18 ·
Fadhly Reza acting sedikit untuk nganjal perut....demi panggung sandiwara....tapi apalah daya ilmunya tidak sampai kesana...dgn trik tipu daya....unjuk gigi....tanpa berbusana...dibawah sinar mentari......pada akhirnya di abadikan dengan lensa kecewa oleh erison j.kambari........gerilaya taruih da.....:)
1 Juni 2009 pukul 4:54 ·
Ini Adalah salah satu dari ketidak mampuan Pemda Bukittinggi dalam mengatasi persoalan yang mengganggu Pridikat Bukittinggi sebagai Kota Wisata,so Bukittinggi merupakan sarang dan tempat bersembunyi para aktor dan pelaku tindakan kriminal juga.Saya " Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Kota Bukittinggi )
1 Juni 2009 pukul 7:26 ·
Abdul Aziz potret mantap da ... sekalian himbauan kalau mau beramal sebaiknya memakai lembaga yang sah yang bisa menyalurkan secara tepat kepada orang yang tepat... stop memberi recehan kepada pengemis dan anak jalanan ... mungkin kita terdengar kejam ... tapi inilah realita ... sebagai satu ilustrasi penghasilan dari mengemis bisa mengalahkan penghasilan orang yang sudah berpeluh bekerja keras mencari nafkah... akan kan kita masih mendukung kemalasan dan kebodohan ini ....??
1 Juni 2009 pukul 9:25 ·
Doddy Mustari pak ricko, suruah sajo rekan sejawat unit pariwisata tu mangabek an ka sepeda trus bao kaliliang kota he he he
1 Juni 2009 pukul 10:36 ·
Andi Asenk Sutan Sati tarimo kasih laporan langsuang uda Erison. Sabana berbakat untuak menjadi wartawan.
Maaf untuak uda-uda, uni-uni, kawan-kawan salingkaran duduak di Fb ko.
Yang salah awak, awak sadonyo sebagai pribadi dan juo sebagai komunitas Bukittinggi.
Jujur sajo, ambo juo mengetahui kejadian iko semenjak si buyuang itu masih kalene, banyak uda dan kawan-kawan lain dan juo mengetahui dari dulu. Adokah katiko tu yang tergerak untuak berbuat sesuatu? Ndak usah dengan berani melarang, atau menasehati...atau membuat pengaduan ke dinas terkait...bahkan mambuek report untuak dihidangkan seperti Uda Erison iko sajo mungkin awak indak tapikia. Mungkin tapikia, tapi apo dilakukan? Rasa indak peduli yang mulai menjalari awak...membuek kito diam, takuik di kecekkan sok-sok an...atau malah takuik awak di gaduah pareman nan membina inyo lah...
Nan jaleh, warga kota Bukittinggi lah ilang pedulinyo. Pemimpinnyo? Pasti memang lah maagiah contoh nan salah dan malah mungkin ikuik sato mambuek sagalonyo jadi parah
1 Juni 2009 pukul 11:17 ·
Ben Fitraza mambali pulsa tarui ka kadai dulu tu.. banyak kepengnyo tu sonn...
1 Juni 2009 pukul 11:19 ·
Andi Asenk Sutan Sati jadi sabananyo iko sebuah potret kemerosotan kito sebagai urang Bukittinggi. Ado nan setelah iko barani malarangnyo untuak melakukan aksi itu? Tantu indak akan ado..karano takuik dengan pertanyaan..kok apak larang kami model iko..kami ka makan aa? Lai bisa apak menjamin iduik kami?
Kama nyo painyo raso peduli awak meringankan beban basamo-samo, kok dari dulu di cokok inyo atas mufakaik basamo, diajaan manggaleh atau kerajinan jo amaknyo, diagiah modal hasil urunan 5 ribu surang dari awak..mungkin ndak macam iko. Kok dari dulu awak warga bukik indak takuik hiduik di kangkangi pareman, tarutamo nan basaragam, mungkin pemerintah awak ndak akan basipakak banak cando iko..
Jujur sajo dengan fair ambo angkek tangan untuak Uda Erison nan lah menggugah awak basamo, bagi ambo iko potret kemerosotan awak sebagai urang Bukiktinggi. Hilang peduli, jadi pengecut dan lebih mementingkan diri sendiri. Acok bana tadanga kini.."Aniang se lah wak...kan lai ndak awak nan di gaduahnyo doh...."
1 Juni 2009 pukul 11:22 ·
Nel Rosa Sikumbang Dunia ini panggung sandiwara... bermacam cara di pakai untuk bisa memetik rupiah di negeri ini.
1 Juni 2009 pukul 11:22 ·
Andi Asenk Sutan Sati Kita cuma bisa mengungkapkan kekesalan dan cercaan bahwa itu memalukan, bahwa itu menjijikkan, bahwa itu merusak citra. Memalukan siapa? Menjijikkan bagi siapa? Merusak citra siapa? Kita kan? Bukittinggi kan? Lalu kenapa kita yang dirugikan, kota kita yang dirusak hanya diam?
Mari bergandeng tangan, bersatu, singkirkan orang-orang tersebut dari jalan, dengan memberi solusi untuk mereka.
Sukses untuk semua.
1 Juni 2009 pukul 11:26 ·
Ranthi Bariel Putri Manusia manusia!....sulit menemukan mana yang benar dan mana yang salah!Tapi apapun yang mereka perbuat pasti ada alasan tersendiri, dan pasti untuk kebahagiaan diriny namun kadang pencapaian kebahagiaan yang mereka maksud bukanlah dengan cara-cara yang halal dan benar menurut norma yang berlaku...harusnya kita mengkaji darimana!?
1 Juni 2009 pukul 12:38 ·
Wow ...amat sangat Dahsyat essaynya ..sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia kita ... Tak pengemis, tak pengusaha, tak penguasa dan tidak juga para pemangku agama ...harus jujur kita akui bahwa lakon mereka tetap sama ..bermuka dua.... mau apa lagi itulah wajah kita semua....
1 Juni 2009 pukul 12:59 ·
Eva Yanti Uda tahu gak aset si Dodi (namanya Dodi) adalah mobil AVANZA baru, mobil angkot kalau gak salah ada 2 buah, rumah megah di kampungnya kec.IV angkat...
Hampir 2 kali seminggu dia makan di KFC dan saya serta suami sering melhatnya menyewa VCD di Ezzy kampung China...
Itu semua adalah hasil dari mengemis yang digelutinya sejak kecil....hebat kan???
1 Juni 2009 pukul 15:16 ·
Azmiati Helmi Sanak Eri...ini smua bermula dari sikon dan kebiasaan yg lama2 sdh menjadi sifat/sikap, lalu..makin mendalam lagi udah menjadi karakter...ini sudah sulit utk merubahnya....jadi dia happy dengan kemiskinannya...bahkan bisa jadi mendarahdaging pada keturunannya yg lain2...(istilah kami dulu di teori kuliah "kemiskinan berbagi")... mau merubahnya???...masih bisa pasti....!! tp.. butuh perjuangan dan pengrbanan yg tulus dari smua kalangan...baik pemerintah maupun masyarakat...
1 Juni 2009 pukul 15:30 ·
dari kecil sampe sekarang, kerjaannya emang kayak gitu....terakhir diriku lihat dia lagi main PS di jenjang gudang....gaya banget....pakai kacamata item pula....dulu se sempet kasian ma tu anak....tapi gara2 dah ketauan belangnya, jadi males kasian lagi...sampe2 aku mikir, apa semua pengemis disini tu kayak gitu semua ya.....jadinya, sekarang milih2 deh......fiuuuuuuh...........latiah dehh....
1 Juni 2009 pukul 16:52 ·
Yan Tobo Zulfahendri serba salah bung erison,..kalau alah nan dari diateh manjadi contoh kadiapokan lai,..kalau ayia alah karuah dari mudiak,..apo lai sampai ka bawah2,...baliak ka hati nurani,..kalau sadang masak buah sikicuah tuh,..yolah habih awak,..campakkan sajolah pitih tuh,..anggap basidakah,..
1 Juni 2009 pukul 17:11 ·
Fajar Ahmad iya tuh,,,
pas saya masih bersekolah di bkt, sering banget ngeliat orang itu,,,
ga nyangka, akhirnya berkat bantuan si Om, dia ikutan eksis di facebook..
jangan2 ntar dia bikin facebook pula, mari tebak2an...
warnet mana yang akan dejejalinya buat buka facebook??
a. kantin.net
b. Pos
c. kantin dipelataran sigi
ato warnet2 lain yang saya tak tahu lagi dimana..
hahah
1 Juni 2009 pukul 18:33 ·
Rani Jf ndeh,,,baru tau lo ani mode tu kironyo!
ani acok lewat d muko urang tu mah, pak son! amaknyo tu klu ndak wak agiah pitih, mancaliak ereng se nyo...
aneh lo...!!!
1 Juni 2009 pukul 22:48 ·
Anderee Jambak ya... memang orang2 bodoh yang bisaa... di bohongi....
pek tis.. nyo ba foya2.. tu mah....
batangka lo jo amaknyoo tuh... jo money yang di dapeknyo...
1 Juni 2009 pukul 23:15 ·
Yosha Patrina sabana cadiak buruak ko mah,,,,liciak sangaik utaknyo....tapi nan model iko indak dikampuang awak sajo doh,di daerah lain juo banyak pengemis nan licin co baluik mode ko cilia namo nyo tuh aka mangkiriak
1 Juni 2009 pukul 23:21 ·
Reni Amelia ndeh.. masih juo nyo mode tu yo.. re lah dari inyo bayi lai.. sampai nyo (maaf) baligh.. tau bana baa inyo ka mande nyo.. tp yg namonyo ibu.. baa pun anaknyo.. tetap anaknyo.. (walaupun salah)..
2 Juni 2009 pukul 2:03 ·
Abang Billy Masih banyak panti asuhan dan mesjid tempat yang tepat untuk brinfaq dan sedekah.......mudah2an Allah melimpah Rahmat, Taufiq dan Hidayah Nya pada orang yang berbuat baik....Amin.
2 Juni 2009 pukul 8:38 ·
Novi Mardianti ndak di jam gadang se ado taka itu do Ni, di dumai ko pun lah ado pulo yang taka itu ma jadi awak ndak heran lai do.
2 Juni 2009 pukul 9:26 ·
Devianti Roza klu kejujuran tu lah dibalakangi..iko lah akibatnyo! Byk urang ndak jujur di BKT..labiah parah lo ditampek nan lain. Potret dari batambah tipihnyo agamo ntuk sandaran hiduik. Urang byk mamacik kalimat" MANCARI NAN HARAM SE SUSAH, APOLAI NAN HALAL".....Mangkonyo kito sabagai urang tuo tanamkan agamo ka generasi awak sajak inyo mulai kenal jo dunia ko. Insyaallah tu jadi panduan utk inyo taruih luruih bajalan.
2 Juni 2009 pukul 11:16 ·
Jefri Koto mudah2han urang saroman tu diberi Allah kelapangan, supayo indak manipu baliak. amin
2 Juni 2009 pukul 11:22 ·
Zol Viandri Koto kawan awakko memang pengamat sosial yang nyeni dan satire terhadap kepincangan
2 Juni 2009 pukul 11:39 ·
Zulfikar Thatum Mungkin iko kreatifitas nan salah jalur, mungkin urang ajak ko punyo utak tapi indak ado caro cari karajo nan hallal, prihatin ambo
2 Juni 2009 pukul 17:17 ·
Mohd Akhir Nasution ONDEH............ dari ambo pakai sarawa merah smpai kini.... mode tu jo paja tu baru............ Astagfirullah.............
3 Juni 2009 pukul 13:59 ·
Trizaldi Putra Astagfirullah... baa nagari awak kamaju... kalau untuak ngemis se la harus baduto...
4 Juni 2009 pukul 9:49 ·
Sri Wahyuni N ndak ado urg bukik yg ndak kenal samo foto yg diateh tu rasonyo do kan??
dari jaman sd dulu..smp lah kuliah lo kni...
ckckckck....
4 Juni 2009 pukul 13:47 ·
Ellia Nova Siata ternyata ''penyakit'' jkt sdh pindah pulo ka bkt yaa.....
4 Juni 2009 pukul 14:37 ·
Nosriwan Jamali Son, urang tu mangicuah taro tagak jo lalok, sia nan kanai kicuah?
6 Juni 2009 pukul 22:31 ·
Rifky van Lankamba dari jaman awak masih sd urang nan ba 2 tu alah ado.eeh kn pun msh ado awet mahhh. hobby kali da
7 Juni 2009 pukul 0:34 ·
Armando Bkt kanda kayaknya kanda bukan orang sembarangan nich kanda aku bisa ketawa terbahak bahak pas baca tulisan kanda duhhhhh mantap bnget nivh tulisan kanda acung jempol deh
14 Juni 2009 pukul 1:19 ·
Fadli Anedi awak dulu lah pernah lo mancaliak inyo di pasa ateh sadang mamberangan amak yg duduak jo inyo tu...paja tu sadang makan nasi goreng kalu ndak salah....
22 Juni 2009 pukul 12:51 ·
Misye Iche sato komentar yo pak...." tipe manusia ndak bermoral katiko inyo manfaatkan kekurangan diri untuak hidupnyo tanpa perlu banting tulang..."kalo nampak inyo awak dimuko jam gadang raso ka awak upek an ka urang tu..."PANDUTO GADANG..."
16 Juli 2009 pukul 11:41 ·
Iranovia Suryani da, kebetulan ambo keteknyo di pasar ateh, jadi memang dari balita pengemis tu alah disitu jo mandehnyo sampai kini. heran kok betah ya kerja sehina itu?????????
16 Juli 2009 pukul 16:45 ·
yO, tu Mkn artikel iko bisa jadi pedoman Bahwa ndak sado yang taliek oleh mato itu ndak samo jo kanyataan yang sabananyo dari. ----- dari ketek awak lah maliek laki2 tu malah batinju jo anak laki2 " itu yang disabuik INDAK TAU DI UNTUANG"..... TERIMAKASIH TUHAN TAK KAU JADIKAN AKU SEPERTI ITU. AMIN
16 Juli 2009 pukul 18:37 ·
Khe Pho-mpong Lhemot waaah baru tau wak pak klo inyo gitu,.......emg ndak ado moral ny klo gitu.....sado di inyo se...untuak urg bilo tu yo pak...
19 Juli 2009 pukul 22:33 ·
Selayang Pandang 5 tahun lalu katiko awak pulang urang tua lah ado.....awak mamparatikan juo...
19 Juli 2009 pukul 22:42 ·
Fendisal Tan Mudo Sato lo wa ciek...
Ambo punyo lo contoh hiduik nan sarupo tu...tapi nasibnyo manyasakkan dado... dimuko kantua ambo dulu di Jl.Hamengkubuwono(Jakarta)ado tukang minta2 nan bapura2 patah kaki duduak tiok pagi di tapi lampu merah...
Sakali wakatu dilendo dek oto... Innalillahi...
Mudah2an urang nan difoto tu bisa insaf... amin...
20 Juli 2009 pukul 2:00 ·
Bhid Id bagi nan lah tarlanjur basidaqah, rilah an see lah,
nan penting ikhlas,.
20 Juli 2009 pukul 14:48 ·
Almh Efi Liani manusia diciptakan allah beragam rupa jg akal pikiran pendapat yg ber beda2.jd bruntunglah manusia yg diberi allah dg akal jg ilmu yg mulia.klu kt melihat yg tdk kt ingini sebut sj innallilah.kembalikan ke allah.karna hanya allah yg bs mem bolak balik hati manusia.termasuk hidayah.jd org bgtu blm dpt hidayah.benar adanya kt hrs ikhlas sj.karna cari kerja teramat susah.jg lapangan kerja pun sulit.aplg dg krisis global yg bikin pusing cari duit.
21 Juli 2009 pukul 0:12 ·
Eddy Nasral kalau ambo ka Bukiktinggi nanti di usao kan mancaliek salah satu objek wisata nan baru diekspos ko....(ha...ha...ha)
24 Juli 2009 pukul 15:33 ·
Sariani Pasni begitu jg kalau di jkt pak erison, utk berbagi jg dg teman2 fb
---------------------------------------------------- ---------------
3 tahun turun naik bis di cawang (menjadi komuter bekasi, rasuna said), banyak sekali pengemis dg berbagai rupa, ...salah satunya yg membuat dirinya seakan 'bertukak" (maaf), dg bermodalkan perban dan obat merah. Alangkah naifnya cara pemikiran mereka utk mencari uang, dg memancing empati orang.
---------------------------------------------------- ---------------
Dan saya setuju dg Ibu Efi Liani, saya anggap saja mereka belum mendapat hidayah, dan berusaha tidak memanjakan mereka dg kemudahan mendapatkan uang cepat seperti itu dg tidak memberi mereka.
30 Agustus 2009 pukul 0:10 ·
Nelfi Darnelis Kalo memnag seperti artikel diatas...Mengemis adalah Haram patut kita dukung....
30 Agustus 2009 pukul 6:48 ·
Uda Ilva apakah ini harus kita biar orang kampung kita yang ber mental seperti ini,,,kasihan ,,,,, benci,,,, atau apa lah itu nama nya,,, ini tak bisa kita biar kan,, dan ini perlu kita kunjunggi lebaran nanti,,,,,
10 September 2009 pukul 0:36 ·
Amee Se ahahaa...pekerjaan merangkap,org2 pada nganggur leleki tsb malah byk job nya..hihi..ada2 aja.
10 September 2009 pukul 0:50 ·
Pengemis, pengemis, pengemis........
Itulah peran tokoh yang sedang kita bicarakan diatas.
Tahukah kita pengemis yang sebenarnya...........
Kita juga sering tertipu oleh pengemis yang memakai dasi.
Topengnya pun jauh lebih bagus dari sicacat dipasaratas.
Gedungnya juga mentereng, itulah pengemis kelas kakap. Jauh lebih banyak orang bisa ditipunya. Itulah pengemis.
Pengemis sedang bersandiwara dengan lakon yang dimainkannya.
Ya itulah pengemis. Oh Pengemis engkau memang cerdik bisa menipu semua orang.
10 September 2009 pukul 2:05 ·
Ondemande baakolai , kalo kito setback ka 30an th nanlalu disaat ambo sempat tansangkuik dikota nan Indahko, jomato kapaloko ambo mancaliak ado 4 urang nan pura2 buto, tapi posisi nyo dijanjang 40 jo di jenjang jogja,berarti dibidang Perpengemisan ndak talalu banyak babeda dari pado jaman saisuak, kami dirantau jkt maraso tarinuak mancaliak jo mandanga kaba nanganjieko,....onde mande hehe....
10 September 2009 pukul 8:43 ·
Naldy Eri Itulah " Dunia ", semuanya hanya panggung sandiwara, banyak tipu daya. Yang miskin, yang kaya : semuanya.
10 September 2009 pukul 9:21 ·
Hana Raisa Fahira astaghfirullah, ternyata ada orang yang kreatif tapi negatif...
12 September 2009 pukul 15:43 ·
Tria Nuviza itu namonyo cacat mental............indak bamalu mempermalukan diri.Tapi tetap saja mereka itu orang susah mereka melakukan apa saja asal dapat sekeping rupiah.........yang lebih tidak bermalu lagi yg pakai dasi juga bisa jadi bunglon. POLITIK!!!!
22 Oktober 2009 pukul 14:50 ·
Sal Mak Pank Apa KITA sdh / masih pengecut utk membasmi kebatilan ?!
Jelas2 Allah akan Murka apabila umat-Nya membiarkan kebathilan di depan mata / diketahu,i lalu hanya bisa mengeluh! Wahai Sahabatku semua, mari kita musnahkan "pengemis legendaris " ini dari kampung kita, sebelum Allah Meluluh-lantahkan kapuang awakko!!!i
25 Oktober 2009 pukul 10:42 ·
Hendri Harisman onde mande baa lai ko, Cubalah kita belajar sedikit dari Negara Jiran dlm mengatasi hal2 yg"Lengedaris" seperti ini, Tanamkan budaya " Tangan yg diatas lebih baik daripada Tangan yg dibawah".
25 Oktober 2009 pukul 11:04 ·
Zuardi Alies Jlelas sudah , Mengemis atau jadi Pengemis bukanlah karena ketiadaan atau kepapaan semata , sudah menjadi Professi , mata pencaharian /usaha yang tidak membutuhkan modal dan keahlian , hanya dunia sandiwara kepura puraan , sudah tidak punya rasa malu ( EGP ), mereka banyak diantaranya orang berada , memiliki harta diluar dugaan kita.
25 Oktober 2009 pukul 11:13 ·
Dewi Minarni Barlin sekedar share: dulu tampa sengaja (pas KKN)..menemukan sekeluarga ..bahkan satu wilayah di bandung... semua berprofesi pengemis....sebelum bertugas..mereka mengenakan "assesoris lengkap" tp dirumah mereka ada kulkas, VCD, TV 21 inch dan lain2...hal2 seperti ini banyak terjadi dimana2..mereka menikmati hidup dengan tangan menengadah keatas....^^
25 Oktober 2009 pukul 12:02 ·
Eva Meyer Sudah lama saya TIDAK MAU lagi memberi sedekah pada pengemis dijalan dan dimanapun, walaupun awalnya tidak tega dan merasa sangat bersalah. Tapi kalau mau mendidik supaya ini tidak menjadi "profesi" turun menurun, kita harus mulai dari sekarang dan harus "tega" ....
25 Oktober 2009 pukul 13:21 ·
Noerdian Effendi profesi yg mendarah daging...sore hari si anak...tampak bermain play station di salah satu rental di seputaran jenjang gudang...uh,....
25 Oktober 2009 pukul 17:27 ·
Fauziah Assahary Fanomena ko bukannyo di nagari awak sajo, di Jakarta IbuKota apolagi...makonyo patangko ndak salah klo MUI akan mengeluarkan Fatwa mengemis itu haram yg menimbulkan Pro&Kontra beberapa kalangan...namun patut diakui kebenaran tujuan dikeluarkannya Fatwa tersebut demi membina mental masyarakat agar tidak malas berusaha dan kerja keras ...kenyataan para pengemis itu sabananyo adolah urang barado...bahkan ado yg dpt omset hampir 5jt/bln (sumber : MetroTVnews)..notabene hampir samo jo gaji manajer bbrp prshan swasta...Ironis memang...
25 Oktober 2009 pukul 22:07 ·
Fiska Hendra Mulailah untuk tega dan tidak memberi mereka ..! terutama yang dijalan..! didekat rumah istri saya di Ipuah mandiangin, pengemis turun temurun itu sudah membangun rumah untuk anak istrinya dengan sangat baik ...
25 Oktober 2009 pukul 22:17 ·
Mirza Komera Arek-Arek Pacian Di jaman sekarang, pengemis sudah merupakan sebuah profesi yang tidak perlu memperoleh sertifikasi dulu untuk berpraktek
10 November 2009 pukul 8:55 ·
Tisman Nawawi lagi-lagi ini adalah tugasnya pemda kota bersama dinas sosial, dan dinas parawisata...... kenapa ini sudah sedemikaan lama dibiarkan.... Apa... pemda tidak tau.... tapi kenapa orang seperti Rudi Arief tau..... atau pemda memang tidak mau tau.....
Ini menjadi "kada" dalam tubuh parawisata kota.... tapi kada nan bisa di ubek.....kalau penguasa kota mau......????
4 Desember 2009 pukul 13:55 ·
Amatz 'Nandhoe' Beqenzh ndak nyangko wak doh...
mungkin ndak salah klo papatah untuak rang minang
"tahimpik nak di ateh takuruang nak di lua"
bisa diartikan CILUAH...!!!
19 Desember 2009 pukul 10:41 ·
Tirta Buana Tapi kanda lun tau lai kalau lah sore nyo jadi kernet oto, klo urang lah langang di pasa ateh pai ka aua dek hari pakan jadi tukang sorak.... hahaha
14 Januari 2010 pukul 16:13 ·
Ava Lo ya ampuun, dari jaman saya SD mereka beroperasi, tyt sampe sekarang masih.. ck ck ck
15 Januari 2010 pukul 14:35 ·
Safrialdi AD Masih ado nyo da...dulu sekitar thn 90an waktu awak masih sakola dibukit anak tu masih ketek jo baru, kini lah ka jadi apak urang paja tu...,masih juo minta2 lai..yo lah putuih urek malu paja tu..ado ciek lai profesinyo da..jadi kenek oto ka batutaba ampek angkek canduang....
15 Januari 2010 pukul 14:37 melalui seluler ·
Meiy Piliang banyak contoh sih bro, para pemimpin eh penguasa bukan muka 2, dasamuka bak arwana :D
15 Januari 2010 pukul 14:38 ·
Syafri Muhammad Sutan Maruhun dari ketek mah, ambo gadang dipasa..dulu ambo tahu..
15 Januari 2010 pukul 14:43 ·
Adeks Rossyie Mukri Makasih bro... Pekerjaan yang paling hina adalah menipu diri sendiri. Menipu diri sendiri lebih hina dari mengemis. Ini namanya kreativitas yang tidak kreatif..........................
15 Januari 2010 pukul 14:51 ·
Ami Nazar potret kehidupan yang bermuara pada satu alasan..pekerjaan dan uang,,demi biaya kehidupan ,,dikemanakan nurani..semua menjadi serba salah..ketika semua sikap dan kebijaksanaan dimulai dari kepura puraan ..(mari singkap lagi...dusta lainnya)) bravo w'u..
15 Januari 2010 pukul 15:23 ·
Sutan Hartono urang nan cando iko... ndak kan pernah bahagia... karano ndak pernah bersyukur dgn nikmat dan rahmat yang diperoleh.. agiah bana piti sakaruang bisuak .. mengemis juo. ndak bisa dibina.. binasakan se pak satpol PP.
15 Januari 2010 pukul 17:14 ·
Indah Marmeclan Masya Allah!!... Semoga Allah mangampuni dosa orang2 seperti itu..Allah maha mengetahui...
15 Januari 2010 pukul 18:15 ·
Ken Irawaty PANGGUNG SANDIWARA......!INI HANYA BAGIAN DARU KELAS TERTENTU.......!
18 Januari 2010 pukul 0:22 ·
Ardilafiza Nawawi sebagai kota wisata , memang sangat memalukan, dan ini bukan salah satu contoh mental salah satu warga kita. dan juga jeleknya peran pemerintah daerah dalam menata kota bukittinggi. Walikota melalui dinas sosial harus bertanggungjawab tyerhadap pemandangan ini atau kalau tidak walikota/dinas sosia dianggap dapat fee dari orang seperti ini. benar ngak........ Bagaimana pak Wali
20 Januari 2010 pukul 11:00 ·
Syukri Moonchak Sikumbang waktu ketek wak, nyo lah model tu jo pose jo amak nyo, kini lah baranak wak ciek model tu juo pose nyo baru, ko amak nyo yang nyuruah mah
5 April 2010 pukul 10:55 ·
Zulbahri Joe Sabana kreatif sipengemis ko...kalah sanak. Erison deknyo... Yang labiah kreatif DINSOS kotamadya melakukan pembiaran dan tidak bakarajo..kok ndak sanggup mamikua baban latakan kaurang yang sanggup dan baprinsip KARAJO tu IBADAH kerano ALLAH..
5 April 2010 pukul 12:37 melalui seluler ·
Nita Anita yang lebih seru lagi pak pengemis itu menginap di sebuah hotel melatidi jl ayani .pagi 2 dia bangun kemudian berjalan ke rumah sakit dan meminta2 setelah jam sebelas kembali ke hotel untuk makan siang dan sekalian tidur siang sekitar jam 2 sore mereka pergi jam gadang untuk meminta2kambalijam 9 malam kembali ke hotel begitu teraturnya hidup nya ,yg mana kadang kala kita tidak sempat bbs.iseng2 aku bertanya kalau di rumkit dapat berapa jawab sektar75rb an dijam gadang 200 rb an kalau sabtu minggu bisa 300 rb.oooo pantastik.pantas lah dia bisa tidur di hotel.
5 April 2010 pukul 14:56 ·
Irnawati Chaniago subhanallah ,nauzubillahiminzalik hanya allah yg tau ni orang pura2 atau sekedar ekting doang......
5 April 2010 pukul 19:35 ·
Norman Aswin @ Nita Anita : itu namanya "jenius" sama spt si gayus markus pajak; kalo mau pintar,ada sekolahnya, <gak lulus ujian, her terus spai lulus>, tapi kalo jenius gak ada, he he . . .
5 April 2010 pukul 21:25 ·
Ade Syukri org sprti ini perlu dbntu? ya, tp bukan dngn memberi scra cuma2..
org sprti ini perlu ddidik? ya, dan itu tnggungjawab brsama..
tp.. kl dbilang munafik agak ktrlaluan ya..
he just want to survive..
he just exploit his weakness..
kl artis2 bebas manfaatin keelokan wajah mreka,
ya org ini jg mlakukan hal yg sama, memanfaatkan apa yg dia punya..
semua org punya tkdirnya..
n brngkali tkdirnya adalah mnjadi sumber pahala buat para dermawan..
5 April 2010 pukul 21:48 ·
Salvi Raini ka baa lai pak son... alah jadi profesi yang menguntungkan dek nyo...kl ndak salah lah bara kali lo ditawarkan untuk operasi bibir sumbing... tp dianya gak mau...takut kehilangan modal kali...
5 April 2010 pukul 22:10 ·
Putri Rahmadani dari pado mangemis model itu, rancak BARAJA MAIN POKER LAI, wkwkwkkwkwkwkwk
5 April 2010 pukul 22:26 ·
Chi Bungsu apo ko...iny ce pnyo oto ciek tu....ongeh ngaya nyo di parkiran jam gadang tu..pakai reben....
5 April 2010 pukul 22:27 ·
Öndeeh
liau ko k t4 ambo bli embenyo ko mah,,
badoso lo ambo jadinyo t eh
5 April 2010 pukul 22:33 melalui seluler ·
Carwil Deni tu lah manusia pemalas.
dia bumtau.
mending tangan diatas dari pada tangan di bawah.
atau mungkin dia memegang prinsip.
lebih baik tangan dibawah dari pada panjang tangan.
hehehehehehehhee
5 April 2010 pukul 22:33 ·
Öndeeh
liau ko k t4 ambo bli embenyo ko mah,,
badoso lo ambo jadinyo t eh
5 April 2010 pukul 22:33 melalui seluler ·
Achmad Arif Dari jaman kudo gigik basi mah tu alah dsinan juo nyo mah tu....
5 April 2010 pukul 22:34 ·
terkutuk lah bgi mereka yg tlah mmbhongi ku. den sumpahan bgi para pengemis panduto yg lah manarimo pitih den. untuang2 msuak karak narako kalian. ya allah.. Hpus lah pangicuah2 tu dari surgaMU ya Allah. tau d untuang lah stek.. ko alah emosi den mah. jan jdi cita2 bna jdi pangicuah.. d lantak patuih lah ang ktiko sdang maminta2 tu.
5 April 2010 pukul 22:48 melalui seluler ·
maaf. . .
Ka galak takuik d kckan manggalak an
Ka berang yo ka di pangakan
Ka ibo antah lah nyo
Tu ka manga lai. . . .
Ma uruik dado c lah lai. . . . .
5 April 2010 pukul 22:54 melalui seluler ·
Rahim JAbbar Ya Allah sembuhkanlah kiiranya penyakit sosial budaya bangsa kami ini yang telah dirasuki penyakit tipu dayu lewat kepura-puraan, mulai dari rakyat jelata sampai ke mereka yang bertengger di pucuk-pucuk bangunan bangsa ini. Hindarkanlah kami dari azab dunia mau pun neraka kelak. Amiin Ya Rabbal Alamiin.
5 April 2010 pukul 23:32 · · 1
Icha Ericha Batuo tu om son,. Benar2 penipu ulung? Icha pun sbenarnya ibo..tp diperhati2 kan tiap hari makan direstoran SPR.. Oh pengemis skrg byak gayanyo.....
5 April 2010 pukul 23:45 melalui seluler ·
Febrizar Amzar Pantas aja sebagian MUI daerah mengharamkan profesi pengemis dan pembei sedekah terhadap pengemis, selain membuat makin suburnya sifat malas juga penuh kebohongan.
Ini baru yang tertangkap lensa uda Erison, saya telah banyak melihat macam model peran yang mereka mainkan, pura-pura buta, tangan atau kaki luka parah dll.
5 April 2010 pukul 23:54 ·
Gustia IndraLah salamotu...(legendaris)mshado yg picayo ka sanak wak ciek ko...apo indak ado urg manasehatinyo...?
6 April 2010 pukul 0:19 ·
Dutamardin Umar kadangkala awak menikmati panggung sandiwara ko. Dalam arti namuah sajo dikicuah....haha
6 April 2010 pukul 0:22 ·
Dodi Alfarel iko urang kampuang wak mah da,namo anak nyo dodi,dakek rmh nyo dari rmh wah mah
6 April 2010 pukul 0:23 ·
Febrizar Amzar ado labiah parah lai, macam urang pai mandah istilah kota duri. barombongan datang ke kota Duri, malam nginap di penginapan, siang bertebaran dengan bermacam gaya, sore ngumpul diwarung kopi macam meeting eksekutif bisnis bicara omset sehari ini, minimal Rp. 800.000 perhari. benar-benar gila......
6 April 2010 pukul 0:26 ·
Klo ud tau org ny ky gt, enkn pas lwt muka dia,lempar mercon nan gadang, biar ikt ancur mlut n muka gaek gilo tu wkwkwkwk..
6 April 2010 pukul 0:30 melalui seluler ·
Klo ud tau org ny ky gt, enkn pas lwt muka dia,lempar mercon nan gadang, biar ikt ancur mlut n muka gaek gilo tu wkwkwkwk..
6 April 2010 pukul 0:30 melalui seluler ·
Klo ud tau org ny ky gt, enkn pas lwt muka dia,lempar mercon nan gadang, biar ikt ancur mlut n muka gaek gilo tu wkwkwkwk...
6 April 2010 pukul 0:32 melalui seluler ·
Dodi Alfarel emang dari dulu itu karajo amak nyo tu,padohal kaluarganyo urang barado
6 April 2010 pukul 1:11 ·
terus gimana solusi selanjutnya menurut rekan2...
di tempat saya setiap harinya ada sekitas belasan peminta2 datang kekawasan komplek usaha,,anehnya mereka datangnya setiap hari dan ada timing pula,, kasihan juga sih ngeliat kondisinya,,kadang kalo mau dikasi ehhh jadi takut meminta2 menjadi sumber pendapatan utama bagi mereka..
6 April 2010 pukul 1:56 ·
Agus Himawan Di Banduang, ado yang lebih parah, sampai tiok anak ee punyo sapedamotor berkat kekreatifitasannyo, caicak cacat.......
6 April 2010 pukul 4:19 ·
Anzikriadi Abdul MunirPengemis modern...sebentar lagi dibelakang embernya ada Ipad.....
6 April 2010 pukul 5:09 ·
Ini merupakan potret sosial masyarakat..Semoga tulisan ini menjadi inpirasi kita utk tidak memberi kepada pengemis sebenarnya dia lebih mampu dari pada yg memberi..Jam gadang ngak nyaman lagi..Tergangu pengamen..
6 April 2010 pukul 8:29 melalui seluler ·
Krisnan Abdullah Iyo..iyo..iyo... Mantunlah St. Nagari.... paluaang usaho batambah taruih bagi nan cadiak...antah buruak... antah sabana cadiak... Nan jaleh apo nan kito dapek... kato urang tuo iolah ulah karajo kito surang. Eeee alah... batambah bongak awak nyo... Maagiah sadakah... ka urang yg maleh atau nan cadiak yo ?... Kuatilah.. Inyo atau Awak se yang badosonyo....
6 April 2010 pukul 8:41 ·
Annisa Khaira Handeh.. Masih mengemis juo urang yang baduo tu baru? Partamu kali ambo malieknyo pas TK, sampai kuliah lo kini ha masih itu jo profesinyo..? Masya Allah... Sabana ndak tau malu...
6 April 2010 pukul 11:16 ·
Ternyata salah dugaanku selama ini. Aku pikir hal semacam itu hanya ada di sekeliling aku berdomisili, ibukota negri ini. Ternyata di ranah Minang, tempat aku dilahirkan, lebih canggih dan lebih konyol lagi. Dan bila ini didiamkan saja oleh mereka yang berkewajiban menertibkan, maka fihak yang berkewajiban menertibkan itu lebih hina dari si 'penipu' itu.
6 April 2010 pukul 12:20 ·
itulah cara cari rejeki......halal haram dikesampingkan dulu...yg penting perut kenyang..maap..diibukota jakarta banyak tersebar yg seperti itu berbagai cara....dr bayi br lahir ampe yg tua renta.....alhamdulillah yg baca artikel ini tidak seperti itu.....dan slalu lah tangan telungkup tidak tengadah.....amin...
6 April 2010 pukul 13:02 ·
Anzikriadi Abdul MunirSaya curiga....jangan2.... ada setoran nih....????
6 April 2010 pukul 16:19 ·
selanjutnya gimana kalo nyumbangnya ke badan amal (baziz,dompet duafa dll) saja...atau ke MEsjid atau mushala..karna lebih rinci dan lebih efektif dananya digunakan.
kecuali ngeliat orang tua yang kayaknya udah renta banget..mungkin dia udah ngak bisa lagi untuk berusaha seperti orang kebanyakan.
itu sih pandangan saya..
6 April 2010 pukul 22:16 ·
Sudarman Darman
Itu hanya sebagian kecil dari acting saudara kita yang memanfaatkan kemiskinan dan cacat yang diderita untuk cari duit.
Ada lagi yang lebih kreatif,kalau dunsanak pernah berbelanja di Niagara Bukittinggi,atau beli sanjai Nitta mungkin perna...h dijumpai Bapak2 paro baya diberdiri di depan pintu keluar
dengan kopiah haji,sambil berdendang katanya telinganya dimasuki serangga sudah bertahun tahun,minta bantu biaya untuk berobat.Jika ada dari pengunjung yang memberi sedekah maka akan diberi bonus doa yang panjang.
Dan jika uang sudah banyak terkumpul Bapak itu akan pergi dengan honda revo menuju tempat lain.
Nah ketika saya berada di Batam eh ketemu lagi sama Bapak yg di depan Niagara itu dengan Acting yang sama.
Oh ternyata si Bapak sudah expansi ke Batam,atau jangan jangan bagi hari dengan Bukittinggi dan daerah lainya.
Kayakya PR bagi PEMDA Bukittinggi jangan sampai Bukittinggi jadi kota wisata plus pengemis.
Kami berharap saudara kita ini dapat dibina untuk terampil setidaknya ada rasa malu untuk menjual kekuranganya.
Jangan sampai gara2 oknum pengemis ini merugikan saudara kita yang memang keaadaanya memprihatinkan disebabkan pengunjung tidak percaya lagi untuk memberi sedekah.
Satu lagi kami titip pesan tolong ditertipkan pengamen di Bukittinggi yang rasanya sangat menganggu kenyamanan tambah lagi tarif parkir yang seperti bayar upeti kepada preman karena tarif mereka yang tentukan sesukanya.
Sumber daya alam yang diberikan Allah SWT luar biasa kepada Bukittinggi jangan dikotori perilaku manusianya.
Salam bagi warga Bukkittinggi kami di rantau selalu mengaggungkanmu
Lihat Selengkapnya
7 April 2010 pukul 12:33 ·
Ermita Darwis siapa yg bisa bantu dia utk ikut casting ya....?????utk meramaikan sinetron layar kaca......hmmmmmmh manusia....
7 Mei 2010 pukul 20:12 ·
Rahmat Recha Efendi kadang nyo bae tagak di simpang aua dakek panurunan tambuo arah katigo baleh jadi agen oto kuniang simpang bukik, paja tu juo liak.
20 Juni 2010 pukul 12:35 ·
Doni Fauzan Akting yang diperankan dengan sangat baik dan oleh pemerannya, disinilah terjadi keseimbangan peran antara aktor pembantu dan aktor utama, sehingga semuanya mendapatkan hasil yang mereka inginkan....
3 Juli 2010 pukul 10:49 ·
Randy Bachtiar Tradisi kegigihan dan keuletan orang minang mancari rezeki dgn cara yg halal tercemarkan oleh org2 seperti ini. ada juga yg dari 1 toko ke toko yg lainnya meminta bantuan atas nama mesjid yg mana kebanyakan hanyalah kedok sang pengemis...disini di Riau sudah terkenal yg namanya pengemis y pastilah org minang....ambo nan ado dirantau Riau ko maraso malu nan sebesar2nyo....
mdh2an ada jln keluarnya.
4 Juli 2010 pukul 15:54 melalui seluler ·
Ivan Miharvi amak jo anak smo2 parah,lah talamak ny jadi pamaleh,hina bana..
dak do keinginan utk bausaho do,,,
sajak umua wak 4 taun,masih iko2 jo karajo mereka sampe kini lai...
19 Juli 2010 pukul 13:30 ·
Wirzen A. Darussalam Ambo takicuah.....dek ujan labek tabukak coki kanti ko ha ha ha...kampuang den kampuang den...indak dirantau indak di kampuang pasti ado urang2 nan kreatif "dalam tanda kutib"
28 Juli 2010 pukul 20:22 ·
Randy Bachtiar kini pajako beraksi di pasa pabukoan pasa ateh bukiktinggi。。nan penasaran silahkan liat ke tkp。。
1 September 2010 pukul 15:17 melalui seluler ·
Muhammad Fadli Caniago
miris memang kalau melihat sepintas lalu,
tapi heran apakah pemerintah dengan Label dinas sosial yang dipajang di depan kantornya tutup mta terhadap pemuda ini,,,,???
kasihan...
akan tetapi rasa miris itu berubah
setelah dulu waktu ku seko...lah di bukittinggi tahun 1998 "paja" ini juga sudah beraksi
dulu kalau tidak salah ada di pelataran tiarga
sekarang yang menjadi monumen Bung Hatta
huft..........
Potret Kota WisataLihat Selengkapnya
10 November 2010 pukul 17:21 ·
labiah sero mancaliak nyo bacakak jo gaek nyo le,tioksanjo acok mancaliak nyo bacakak jo gaek nyo tu,nan amak2 nan pakai payuang tu kan amak nyo tu,.........
27 April 2011 pukul 23:05 · · 1
Herry Djior Kewell amaknyo t kalaw dipanehan t,, berang2 k anaknyo,, supaya nyo lalok blh bisa dapek pitih,,, apo lagi dikecek an rombongan malaysia banyak datang... klaw ndak amuah anaknyo t lalok berang amaknyo t...
27 April 2011 pukul 23:29 · · 2
Paja ko punyo angkot tumah,mintak sadakah tu cuma hobi se dek nyo tu,oto paja tu banyak tumah.taxi se lai loh,indak paja ko se nan kayo mintak sadakah di bukiktinggi do nan lain2 nyo punyo oto avanza gai mah.kalau ado dunsanak2 nan ingin lakeh kayo ancak dunsanak mintak sadakah di bukiktinggi le,hahahahahahahaha.
28 April 2011 pukul 0:42 ·
Usul untuak nan ka jadi Calon Walikota jo Calon Wakil Walikota periode nan ka tibo... Jadikan urang baduo ko maskot Bukittinggi... Bao kampanye kian kamari...
v
v
v
v
... v
v
Lai ka amuah tu eh?^_^vLihat Selengkapnya
23 Juni 2011 pukul 10:19 ·
7 comments
Tuan...masaalah atau keadaan ini tak mungkin berakhir selagi ada yang menghulur.... Ada kalanya 'pengemis' ini punya simpanan yg melebihi mereka yang mempunyai pekerjaan tetap.... Samaada di sini atau disana.... masaalah ini tetap sama.. Miski ada segelintir yg benar-benar melarat.. Saya sangat tersentuh dengan puisi ini..
apa bedanya dia dengan pemain teater atau pemain sinetron...seperti halnya pemain teater dan pemain sinetron, makin banyak orang iba, makin sering orang tonton, makin banyak uang yang mereka dapat......dia ini adalah pemain watak di kehidup...an nyata...hargailah profesi ini...kalo dia mau ber-HP ria, apa salahnya, kalau dia mau makan KFC, tak salah juga...ia tidak mencuri...ia cuma mempertontonkan kepandaiannya bermain watak...jika anda terkesan dengan permainannya, bayarlah...jika anda tak mau membayar, dia juga tak memaksa....salahkah ia???? benarkah para wakil kita yang juga telah menipu kita dengan dagelan yang tak lucu seperti CENTURY, BLBI, GAYUS dsb...
walah...gak heran saya orang minang uda,uni......BADAN BANTUAK KAN MATI...AKAL INDAK HILANG...SAHARI, DUO HARI BANTUAK URANG BODOH..HARI KATIGO URANG NAN DIJUANYO>>>
alah sataun postingan blog uda son ko ma, baa kaba "pengemis legendaris" itu kini. masih itu jo rutinitas nyo lai??? atau alah insyaf karano ado dr kawan2 diateh yg maingekan...??? *curious
..masih seperti yang dulu....!
seperti syair sebuah lagu...dunia ini panggung sandiwara...
ba a dunsanak ko, lah terjebak kito jo mampagunjiang an urang ko, tambah gadang inyo dapek beko, pitih ndak wak agiah tapi pahalo wak diambiaknyo. ciek lai da paralu pulo pengemis yang di mesjid raya tu di fhoto
Posting Komentar