Pesona Misteri Siklus Danau Dua Wajah



“Pesona Misteri Siklus Dua Wajah, Danau Tarusan Kamang”

(..ketika silih berganti,genangan danau berubah menjadi padang rumput)

...pernahkan Anda bermimpi; suatu hari bermain rakit diatas riak-riak danau? Lalu pada hari yang lain, danau yg anda arungi berubah menjadi padang rumput ,dan anak-anak pun bebas bermain bola diatasnya, ternak-ternak berkeliaran dan mobil-mobil pun bebas melintasi menyeberang didasar danau yg mengering itu..?, lalu pada bulan berikutnya,padang rumput itupun kembali menjadi hamparan danau yang penuh riak..
Dan danau itu, bukanlah cerita dalam dongengan..!
Itulah danau Tarusan Kamang.
Setumpuk pesona yg sekian masa tersuruk tak terbicarakan oleh banyak kita. Sekian lama kita serasa ‘rabun dekat’ tak bisa melihat bahwa ada sesuatu yg sangat berharga di depan mata kita. Kalaupun melihat, kita ternyata kurang mempergunjingkan dan kurang berbagi kabar, hingga cerita pesona Danau Dua Wajah ini tak begitu akrab di telinga banyak orang,bahkan ironisnya tak sedikit masyarakat Agam dan Bukittinggi yg masih ‘asing’ dengan pesona misteri danau indah dan unik ini.

Dengan jarak lebih kurang 15 Km dari Jam Gadang Bukittinggi, lokasi danau ini tentulah tak bisa dibilang terlalu jauh. Bisa ditempuh 20 menit dari pusat kota Bukittinggi dengan mobil pribadi dalam akses jalan yg cukup bagus, dengan sepeda motor juga nyaman karena kita melintas diantara sawah-sawah alam pedesaan ranah Tilatang Kamang, dengan angkot kode 01 jurusan Kamang Mudiak Pakan Sinayan, kitapun sudah bisa sampai dipangkal bibir danau yang sedang menggenang atau tengah mengering itu. Sedikit menelusuri jalanan sempit lebar 3 m diantara rumah-rumah penduduk, lalu berjalan diantara kandang-kandang kerbau, kitapun dihantar ke hamparan padang rumput landai dan indah di pojok danau. Di hamparan padang rumput landai inilah wisatawan bebas berkumpul.,bermain dengan berbagai aktifitas menikmati setumpuk danau indah penuh misteri ini.

Hal unik dari danau tarusan kamang:
Secara umum, Danau tarusan merupakan cekungan landai yg dipagari perbukitan bernama Bukit Panjang, udaranya yg sejuk karena diapit bukit dengan rerimbunan hutan, membuat sensasi tersendiri ketika kita tengah berada di bibir danau. Sapaan penduduk yg ramah kepada tiap pengunjung dan ternak gembala yg berkeliaran menjadi ilustrasi suasana khas kampung Tarusan.

Tidak seorangpun yang tahu pasti,kapan danau ini menggenang dan kapan akan mengering lagi jadi padang rumput. Satu-satunya yang sering menjadi isyarat bagi penduduk sekitar adalah, adanya bunyi dentuman di pojok danau. Bila pada suatu waktu terdengar bunyi dentuman, itu pertanda esok harinya air akan muncul dan menggenang,  dan berangsur-angsur membentuk danau. Tak ada sungai di tarusan kamang, air itu muncul dan menghilang begitu saja ke perut bumi. Lubang-lubang di celah bebatuan di pojok danau adalah tempat muncul dan menghilangnya air atau yg sering disebut ‘aia luluih’ atau ‘Pupukan’. Ketika air mulai menggenang , maka ikan-ikan dan udang pun bermunculan. Petani-pertani yang sawahnya di bibir danau dan kini terendam air,kini mulai beraktifitas mencari ikan dan menjaring udang. Konon, dulunya ikan-ikan di danau tarusan cukup besar-besar,tapi kini hanya tinggal ikan-ikan kecil yg dikenal dengan ‘Pantau Tarusan’.Aktifitas mencari ikan dengan rakit dan menggunakan tangguk/jaring bercabang empat menjadi pemandangan khas yg dikenal juga dengan tradisi ‘Paso/Pasok.’.
Meski secara ilmiah beberapa kajian bisa menceritakan bagaimana tentang keberadaan air di lapisan perut bumi, namun proses muncul dan menghilangnya air yg selalu menjadi siklus unik di Tarusan ini tetap saja menjadi cerita misteri yang tak berujung. Kisah misteri Danau Tarusan pun semakin menjadi perbincangan dengan setumpuk gundukan tanah yang terhampar di tengah danau, atau yg dinamakan ‘Padang Doto’ atau Padang Data. Ditengah gundukan tsb tumbuh sebuah pohon Beringin ukuran kecil dan tak bisa tumbuh membesar. Ketika air danau naik dan menggenang semakin tinggi, pohon beringin di tengah gundukan tanah itupun tak pernah ikut terendam, pohon dan gundukan tanah itu seolah ikut mengapung seiring naiknya air. Meski sarat kisah misteri, namun menyeberang mengayuh rakit menuju pohon beringin di tengah danau, tetap menjadi kesahduan tersendiri bagi pengunjung danau.

Pesona susana danau itupun akan berganti drastis ketika air mulai menyusut dan perlahan mengering. Hamparan danau yg tadi membentang diantara kaki-kaki bukit kini berubah menjadi padang rumput menghijau yang luasnya berpuluhkali luas lapangan sepakbola. Beberapa tonggak gawang mulai terpancang tempat anak-anak kampung bermain bola setiap petang. Ratusan ternak kerbau bebas merumput dan berkeliaran di dasar danau. Mobil-mobil pribadi dan kendaraan bermotor juga bebas masuk menikmati dasar danau yg kini menghijau. Batu-batu besar dengan lubang-lubang menganga tempat air menghilang di pojok danau jelas terlihat di depan mata. Puluhan rakit rambu pun kini terdampar melapuk di sepanjang bibir danau. Tambak-tambak mini yg semula digunakan penjaring ikan dan udang, kini menjadi petak-petak kering penuh ranjau-ranjau bambu.

Itulah siklus danau dua wajah yang silih berganti. Tidak ada yang tahu pasti kapan danau itu akan menggenang dan kapan akan berubah menjadi padang rumput. Hanya saja seorang nenek tua yang tinggal di pinggir danau sempat mengira-ngira, kalau menjelang bulan haji atau Idhul Adha biasanya air akan muncul.namun beliau tetap tak berani memastikannya. Semua atas Kuasa Sang Pencipta, jangan pernah mendahului, bisik sang nenek.

Danau Tarusan,Kristal Indah yg belum Terasah.
Melihat kondisi danau tarusan di hari ini, tak ubahnya sekeping Kristal indah yang belum terasah. Butuh tangan-tangan dingin  penuh kreatifitas untuk membenah dan mengolah asset indah yg sarat sejarah dan kisah misteri yang melimpah.
Terkadang kita bermimpi, bagaimana danau ini bisa dijadikan kunjungan akbar para wisatawan dalam dan luar negeri. Hal-hal unik menjadi daya tarik nan eksotik. Lahan dan kondisi alam yg kaya ragam kiranya punya potensi untuk digelarnya ragam event budaya dan olahraga dalam kelas bergengsi. Kalau ‘babendi-bendi ka sungai tanang’ kini hanya tinggal impian, mungkin “Babendi-bendi ka Tarusan Kamang’ suatu hari nanti  bisa menjadi kenyataan…!

(Erison J.Kambari/ dimuat di harian HALUAN,edisi Minggu 16.09.2012)

Leave a respond